Terkadang Cinta Tidak Harus Memiliki

    Tanpanya kehidupan terasa sangat hambar, tanpanya manusia hanyalah makhluk individual yang tidak bisa saling berhubungan. Bahkan jika ia tidak ada maka kehidupan itu sendiri tidak akan pernah ada. Ia adalah cinta, tidak ada habisnya jika kita membahas persoalan tentang cinta. Banyak orang yang menuliskan puisi, menyanyikan lagu serta mengakhiri hidupnya karena satu perasaan ini. Sebesar itu lah pengaruh cinta dalam kehidupan kita. Bahkan saya pun memiliki beberapa pengalaman dengannya, karena itulah saya tertarik untuk membahas topik ini. 

    Banyak orang berusaha untuk mendefinisikan apa itu cinta. Namun, untuk mendefinisikan secara konkret apa itu cinta sangatlah sulit karena cinta itu sendiri merupakan emosi yang dimiliki setiap orang dan setiap orang mendefinisikan cinta secara berbeda-beda. Karena ini lah setiap definisi yang muncul merupakan hal yang  bersifat subjektif. Walaupun orang-orang memiliki definisi mereka masing-masing, kita dapat mengambil kesamaan dari setiap definisi. Yakni sebuah perasaan dimana kita sangat suka dengan sesuatu atau orang lain. Menurut KBBI sendiri cinta dapat didefinisikan sebagai berikut: suka sekali, sayang benar, kasih sekali. Dari kata cinta tersebut juga dapat menjadi mencintai yang berarti menaruh kasih sayang. Dari sini kita dapat mengambil sebuah kata kunci yakni kasih.

    Menurut KBBI kasih memiliki arti menaruh sayang dan definisi dari sayang itu sendiri adalah sebuah perasaan yang muncul berupa perhatian dan juga pengertian yang kita berikan kepada sesuatu atau orang lain. Berangkat dari pemahaman ini kita dapat melanjutkan topik dengan perspektif yang sama. Anda mungkin bertanya apa hubungan pendefinisian yang kita lakukan dengan judul blog ini. Disini saya akan bercerita tentang perasaan cinta yang saya rasakan terhadap seseorang yang mungkin tidak akan bisa saya miliki. Walau sebenarnya saya tidak suka dengan kata memiliki karena dari diksi tersebut menurut saya memiliki konotasi seperti kita mengeklaim kepemilikan penuh atas suatu barang yang dimana terdengar seperti kita menganggap orang yang kita cintai adalah sebuah barang yang tidak memiliki hak dan kebebasan. Namun ini adalah bahasan di lain waktu.

    Suatu hari ketika saya sedang mengambil istirahat singkat setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk belajar saya membuka salah satu status whatsapp teman saya, sepertinya kelasnya sedang membuat sebuah usaha niche untuk memanfaatkan event valentine yang akan datang beberapa hari lagi. Di status tersebut terdapat tawaran berupa produk bouquet bunga mawar sintetis seharga Rp8.500 lengkap dengan jasa mengantarkan bunga kepada crushmu secara anonim. WOW, bukankah itu sangat cerdas?  Kita dapat memanfaatkan perasaan orang lain untuk mencari keuntungan. Tetapi di sisi lain, game is game. hal ini berguna bagi mereka yang tidak punya keberanian untuk memberikannya langsung kepada crushnya masing-masing. 

    Entah mengapa saya tertarik dengan tawaran tersebut, dan saya membicarakan ini dengan teman saya. Temanku, sebut saja Agung menebak-nebak kepada siapakah pesanan itu akan diserahkan. Tebakannya benar, karena ia sudah tahu orang yang ku suka. Di akhir pembahasan, ada beberapa pertanyaan yang menurut saya "kurang pas" namun saya maklumi karena pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul dari pemahaman yang kaku mengenai cinta. Saya hanya akan membahas dua pertanyaan saja karena keduanya dapat saya jadikan jembatan atas pendapat yang ingin saya curahkan pada blog kali ini. 

    "Kok kamu bisa suka sama dia?"


    Setiap orang mungkin punya alasannya masing-masing untuk mencintai seseorang dan saya dapat menerima itu, setiap orang juga memiliki preferensinya masing-masing. Tetapi apakah sebenarnya alasan-alasan seperti "Dia orangnya begini." dan "Dia orangnya begitu." adalah alasan sesungguhnya kita mencintai orang tersebut? Atau mungkin lebih parah seperti apakah hanya karena alasan-alasan ini saja engkau mencintainya? Kita ambil saja contoh seperti "Dia orangnya baik." Apakah hanya dia satu-satunya orang baik yang kamu temui? Mari kita ambil contoh lainnya. "Dia orangnya lucu dan perhatian." Apakah hanya dia satu-satunya orang di bumi ini yang demikian? Alasan-alasan umum tersebut menurut saya pribadi sangat lemah untuk dijadikan fondasi cinta itu sendiri. 

    Karena sejatinya cinta adalah dimana engkau menerima segala kekurangan dan juga kelebihannya, yang berarti kau mencintai keseluruhan pribadi orang yang kau cintai. Walaupun begitu, tidak pantas rasanya mempertanyakan ketulusan cinta seseorang hanya dari sebuah alasan. Mungkin saja alasan-alasan tersebut merupakan buah dari kebingungan kebanyakan orang untuk menjabarkan kecintaan mereka terhadap orang yang mereka cintai. 


  "Ngapain suka sama dia, kalau ditolak gimana?"


    Tidak bisa dipungkiri bahwa jika kita memiliki perasaan cinta terhadap seseorang belum tentu orang tersebut akan memiliki atau memiliki perasaan yang sama. Namun, balik lagi ke definisi cinta yakni kasih sekali. Kedua hal tersebut jika dihubungkan maka dapat memberikan kita kesimpulan yang menarik yakni cinta itu sebenarnya sebuah pemberian. Apakah ketika kita memberi sesuatu kepada seseorang kita harus mendapatkan balasan? Apakah hal tersebut dapat dikatakan tulus? Saya akui bahwa kita semua pasti mengharapkan balasan. Namun ketika kita memberi kasih kepada orang lain berarti kita mengharapkan kebahagiaan atas dirinya yang berarti bahwa kebahagiaan dirinya merupakan tujuan dari mencintai itu sendiri. 

    Agak egois sebenarnya ketika kita memaksakan perasaan kita kepada orang yang tidak menginginkannya. Misalkan saja ketika kita berhasil memaksakan perasaan kita kepada orang yang tidak menginginkannya. Apakah orang tersebut akan bahagia? Bukankah tunjuanmu mencintainya adalah agar ia bahagia? Jika dengan bersamamu ia tidak bahagia maka hal tersebut tentunya kontradiktif dengan tujuanmu mencintainya. Menurut saya ikatan antara cinta dan memiliki ini merupakan hasil dari kegagalan orang-orang dalam mendefiniskan cinta, kebanyakan orang sering mencampuradukkan cinta dengan obsesi mereka. Mereka mungkin mengaku bahwa mereka mencintai seseorang namun sebenarnya mereka hanya terobsesi dengan orang tersebut sampai-sampai ia harus memilikinya.

    Agar lebih jelas lagi mungkin kita dapat mengambil kasus orang yang memelihara seekor burung. Cobalah membeli burung-burung itu dari mereka, dengan tawaran yang tinggipun jawaban mereka pasti sama. "Tidak akan, karena saya sangat sayang atau cinta sekali kepada burung ini." Padahal jika mereka benar-benar sayang kepada burung-burung tersebut seharusnya mereka melepaskan burung-burung itu. Karena burung sejatinya hewan yang bebas terbang kemanapun yang ia inginkan dan bukan bertengger di sangkar yang sempit. Disinilah letak kesalahannya, mereka mendefinisikan bahwa cinta atau kasih sayang itu adalah ketika mereka memiliki sesuatu dan itu mendatangkan kebahagiaan kepada mereka. Hal ini sangatlah terabalik dari makna cinta itu sendiri. Lebih tepatnya, perasaan tersebut adalah sebuah obsesi egois yang ada di dalam diri mereka. Apakah bisa hal tersebut dinamakan cinta, ketika kita merenggut kebebasan dari sesuatu yang kita cintai? Semoga perumpamaan di atas dapat memberikan kejelasan dalam poin-poin yang saya coba sampaikan.

      Hakikatnya mencintai adalah pengharapan kita terhadap kebahagiaan orang yang kita cintai dengan pemberian-pemberian seperti perhatian, pengertian,perlindungan, atau apapun itu yang dapat membahagiakannya. Dan kita bahagia dengan kebahagiaan orang yang kita cintai. Dari sinilah kita tahu bahwa "Terkadang Cinta Tidak Harus Memiliki."


    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prototipe Pendeteksi Gempa

Filosofi Kopi dan Pelajar